Judul Buku : Ingatlah untuk BercerminPenulis : Salim A. Fillah dan Tim Konselor RKI (Rumah Keluarga Indonesia)Penerbit : PT. Era Adicitra IntermediaTahun Terbit : Agustus 2015 / Cetakan KeduaJumlah Hal. : 228 Halaman
Tentang cinta dan pernikahan, lambat laun saya (mungkin juga Anda) mulai keder dengan berbagai kisah nyata yang menunjukkan wajah muram ikatan suci itu. Mengapa wajah muram? Ya, karena ternyata yang banyak saya temui adalah wajah muram akibat keretakan, perselingkuhan, perceraian, hingga surga-surga yang tak dirindukan. Tak tanggung-tanggung, siapapun yang merasakannya dan yang mengamati dengan penuh percaya diri mengklaim bahwa semua laki-laki itu sama saja. Tidak ada yang setia.
“Sebaik apapun laki-laki itu, pasti kurang, apalagi jika kita sudah mulai menua, tak lagi menarik. Alah, cuma teori yang banyak, nyatanya semua sama!” ungkap seseorang yang merasa menjadi korban wajah muram itu.
Jleb rasanya. Saya yang belum merasakannya pun menjadi kikuk. Tak pernah saya ingin merasakannya, na’udzubillah. Karena itu, saya terus menggali, pasti tidak semuanya seperti itu. Saya yakin, saya percaya, masih banyak stok laki-laki setia, untuk itu saya pun harus setia. Hingga akhirnya saya menemukan hidup happy ever after seperti dongeng-dongeng putri kerajaan di pelajaran bahasa Inggris.
Benar saja. Saya mendapat jawaban yang menenangkan dari buku berwarna merah yang berjudul Ingatlah untuk Bercermin setebal 228 halaman yang disusun oleh Ust. Salim A. Fillah bersama para konselor keluarga di komunitas Rumah Keluarga Indonesia (RKI). Lembar demi lembar yang tersaji dalam buku berukuran sedang itu terasa renyah dibaca dengan gaya bahasa yang sederhana, mengalir dan mudah masuk bahkan menusuk hati.
Buku ini berisi kumpulan kisah yang mengangkat realita kehidupan unik, menarik dan tersembunyi dalam bilik-bilik yang amat privasi. Para penulis mengajak kita untuk bercermin dengan menyajikan kisah penuh inspirasi dalam lima bagian nyentrik yaitu ‘Dalam Limpahan Barakah’, ‘Bermula dari Kata’, ‘Memaknai Kesetiaan’, ‘Anak dan Pewarisan’ serta ‘Menyikapi Ketidaksempurnaan’.
Mengawali bagian pertama, Ust. Salim menulis sebuah kisah sarat hikmah yang berjudul Ingatkan Suamimu untuk Bercermin. “Para istri, ingatkanlah suamimu untuk bercermin.” Maksudnya bukan sekedar makna kias tentang muhasabah atau perbaikan akhlak, tetapi benar-benar soal bercermin di depan kaca dalam makna lahiriah, yang mana sangat menentukan masa depan karena bisa membangun kekompakan antara suami dan istri.
Ingatlah untuk bercermin, sebuah seri ketahanan keluarga yang membuka mata hati untuk menjadikan komitmen berkeluarga sebagai pijakan utama berasaskan taqwa kepada Allah SWT, berkekuatan cinta-tulus-ikhlas dan dengan keyakinan serta perjuangan mempertahankan keutuhan rumah tangga hingga akhir waktu. Buku ini mengajarkan bagaimana seharusnya cinta dimulai dari memperindah diri, memilih calon beserta serangkaian prosesnya hingga bagaimana perjalanan bahtera rumah tangga itu bergulir waktu demi waktu. Buku ini juga membawa kita menghadapi berbagai warna hidup mulai urusan awal memulai hidup baru, pasang surut keuangan, lika-liku pendidikan anak, hingga bagaimana merawat cinta meski sudah sama-sama berusia senja.
Setelah membaca buku ini, saya semakin yakin bahwa, keindahan rumah tangga bisa semakin terpancar kuat dengan nilai-nilai Islam yang dijunjung tinggi. Dan bahwa, cinta tak pernah sesempit urusan fisik dan tak berbatas menopause sebagaimana yang saya tangkap dari salah satu kisah pendek berjudul ‘Setia Hingga Akhir Usia’.
Pesan dahsyat lain menyadarkan saya bahwa pernikahan pada akhirnya bukan hanya kumpulan dua orang yang saling menuntut agar hasrat dan kepuasan dirinya terpenuhi. Pernikahan adalah sikap untuk saling terbuka, mengerti dan memahami, hingga akhirnya pernikahan itu bisa menumbuhkan kebaikan-kebaikan pada masing-masing jiwa.
Sungguh luar biasa! Saya kini kuat meyakini, masih banyak pasangan setia yang saling menjaga pernikahan mereka. Tentu semua sangat bergantung pada kedua pasangan bagaimana menjaganya dan bagaimana koneksinya dengan Sang Pemilik Cinta. Alhamdulillah… Lega rasanya.
*****
~ Qurani
0 komentar:
Posting Komentar